Selasa, 26 Februari 2008

Siklus 24 Bintik Matahari Sudah Dimulai


disarikan oleh
Gunawan Admiranto
LAPAN Bandung

Belum lama ini, pusat data bintik matahari (Solar Influences Dana Analysis Center) yang terdapat di Belgia mengumumkan bahwa siklus bintik matahari nomor 23 sudah berlalu dan siklus nomor 24 sudah dimulai. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya pembalikan polaritas medan magnet bintik matahari. Bila bintik matahari masih berada pada satu siklus yang sama, maka bintik yang terdapat pada belahan matahari yang berbeda akan memiliki polaritas yang berbeda.

Terjadinya pembalikan polaritas medan magnet akan terlihat manakala polaritas bintik matahari yang terdapat pada satu belahan matahari searah dengan yang ada di belahan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa satu bintik matahari di satu belahan matahari masih berada di siklus lama, sedangkan bintik matahari di belahan satunya sudah berada di siklus baru.

Pengamatan bintik matahari secara kontinu sudah dilakukan sejak pertengahan abad ke 17. Kemudian pada tahun 1843 berdasar¬kan data pengamatan bintik matahari yang sudah terkumpul, seorang astronom amatir dari Jerman bernama Heinrich Schwabe mendapatkan bahwa jumlah bintik matahari berubah ubah secara periodik. Ia mengamati bahwa jumlah bintik matahari berubah ubah dengan perioda rata rata 10,5 tahun. Gejala ini terus berlangsung sampai sekarang, meskipun pernah terjadi ada suatu masa di mana di permukaan matahari sedikit sekali diamati bintik matahari. Kala itu berlang¬sung antara tahun 1645 sampai 1715 yang dinamai Masa Minimum Maunder. Masa ini bersamaan berlangsungnya dengan Zaman Es Kecil yang dialami Eropa, meskipun hubungan antara kedua gejala di atas belum bisa dipastikan adanya.
Para ahli mengamati bahwa polaritas magnetik suatu bintik akan membalik setiap satu siklus bintik matahari selesai. Jadi setiap 22 tahun polaritas suatu bintik matahari di belahan matahari tertentu akan kembali ke keadaan semula. Gejala ini ternyata berlangsung global di seluruh matahari dan kemudian dinamakan siklus aktivitas matahari yang berperioda 22 tahun, meskipun perioda ini tidak tepat benar.
Beberapa ahli fisika matahari mencoba menjelaskan proses ini, tetapi penjelasan yang paling bisa diterima ahli ahli lain diungkapkan oleh Horace D. Babcock, Eugene Parker dan teman teman sejawat mereka. Mereka menyatakan bahwa pada awal suatu siklus busur bawah garis garis gaya medan magnet matahari berada jauh beberapa ratus kilometer di bawah fotosfer matahari, dan busur atasnya berada di korona.
Saat matahari berotasi garis garis gaya magnet ini terbawa oleh rotasinya. Tetapi seperti diketahui bahwa matahari melakukan rotasinya secara diferensial sehingga laju rotasinya di ekuator lebih besar dari yang berada di lintang lintang tinggi. Akibatnya garis garis gaya yang berada di dekat ekuator lebih banyak terseret oleh rotasi dari pada yang berada di lintang tinggi. Setelah beberapa kali rotasi garis garis gaya ini menjadi semakin rapat dan ada kemungkinan menjadi terpuntir sehingga membangkit¬kan medan--medan lokal yang amat kuat.
Keadaan di atas mengakibatkan materi materi di fotosfer mengembang dan terangkat sambil membawa garis garis gaya tadi dan menghasilkan daerah daerah aktif yang kelihatan di permukaan matahari seperti bintik matahari dan flare. Itulah sebabnya aktivitas aktivitas ini berlangsung di daerah daerah lintang rendah.
Rotasi matahari berjalan terus, dan semakin lama medan magnet yang terseret menjadi lemah menuju minimum menandakan setengah siklus matahari sudah dilewati. Kemudian terjadi pembalikan medan magnet dan mulailah setengah siklus yang berikutnya dengan aktivitas yang sama, cuma polaritas magnet dari aktivitas yang ada berlawanan dengan polaritas yang berlangsung pada setengah siklus sebelumnya.

Sumber:
Sohowww.nascom.nasa.gov

Tidak ada komentar: