Senin, 18 Februari 2008

MAKANAN BAGI ANAK SAKIT



oleh
Dr. Endang Tatar, MPH, SpA(K)
Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik
RSU Dr. Moewardi, Solo

“Dok, Didi sakit batuk pilek disertai panas tinggi. Saya sudah buatkan bubur tapi Didi tidak mau makan. Didi hanya mau makan kalau dengan nasi Dok.” Keluhan seperti ini masih saja sering terdengar di ruang praktek. Perawat di bangsal rumah-sakitpun sering memesankan makanan dalam bentuk bubur secara otomatis untuk setiap anak yang mondok di rumah sakit. Benarkah setiap anak sakit itu harus diberi makan dalam bentuk bubur? Bagaimana sebaiknya kita memberi makan untuk si kecil yang sedang sakit?

Setiap hari, banyak anak-anak dibawa ke tenaga kesehatan oleh karena sakit. Anak-anak memang lebih rentan menderita penyakit dibanding dengan orang dewasa. Sebagian besar keluhan dari anak-anak yang sakit tersebut disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit umum seperti: demam, batuk, pilek, maupun diare. Anak yang sakit mengalami peningkatan metabolisme ditubuhnya, sehingga semua anak sakit membutuhkan asupan makanan yang memadai guna memasok kebutuhan zat gizi untuk metabolisme tubuh yang meningkat tersebut. Biasanya, anak yang sakit akan mengalami penurunan nafsu makan. Bila asupan makannya kurang memadai, anak akan jatuh kedalam keadaan malnutrisi dan penyakitnyapun menjadi berkepanjangan. Apapun penyakitnya, anak tetap harus mendapatkan zat gizi!

Makanan anak sakit dan sehat
Anjuran untuk semua anak sakit dan sehat pada umumnya adalah sama, kecuali pada penyakit-penyakit khusus, misalnya penyakit gagal jantung, hati, ginjal, diare persisten dsb. Anak yang sedang sakit sebaiknya tetap melanjutkan makanan seperti yang dimakan sebelum sakit. Kualitas dan kuantitas makanan harus memadai.

Cairan
Pada umumnya, setiap anak sakit harus diberi tambahan cairan. Cairan dapat dalam bentuk ASI, susu, sup, air tajin, air minum, dsb. Pada anak yang sedang diare, pemberian cairan ini sangat berarti untuk menyelamatkan jiwanya karena anak diare rentan terhadap keadaan dehidrasi yang dapat merenggut nyawa anak.

ASI
Anak yang masih menetek, ASI harus tetap diberikan sesuai dengan keinginan bayi/anak baik siang maupun malam. Jika bayi berumur <6 bulan, ASI diberikan sesering mungkin baik siang maupun malam, paling sedikit 8 kali dalam 24 jam. Bayi berumur <6 bulan, hanya dianjurkan untuk diberi ASI saja. Makanan padat Anak yang telah mendapatkan makanan padat (berumur lebih dari 6 bulan), harus tetap makan makanan dengan tekstur sesuai dengan kemampuan keterampilan makannya berdasarkan umur. Jika anak telah berumur 1 tahun atau lebih, anak sudah dapat mengkonsumsi makanan keluarga yaitu makanan seperti yang dimakan oleh anggota keluarganya yang lain. Anak harus tetap makan makanan dengan kandungan zat gizi yang memadai, makanan tidak dianjurkan untuk dibuat lebih encer atau lebih lembut sehingga kandungan zat gizinya berkurang. Jadi, tiap anak sakit tidak diharuskan untuk selalu makan bubur. Bila nafsu makan anak menurun ASI diberikan lebih sering dan lebih lama. Makanan dibuat lebih bervariasi, berikan makanan kesukaan dan makanan yang lunak untuk mendorong anak agar makan sebanyak mungkin. Berikan makanan-makanan tersebut sedikit tapi sering.

Daftar Pustaka
1. IMCI (Integrated Management of Childhood Illness): Model chapter for textbooks. WHO/UNICEF 2001. 2. WHO/UNICEF. IMCI: Assess and classify the child age 2 months up to 5 years old. Diunduh dari: http://www.emro.who.int/cah/PDF/IMCI-Adaptation-SAA.pdf pada tanggal 8 Januari 2007.

Tidak ada komentar: