Sabtu, 29 Maret 2008

Di Tahun 2050 Mampukah Sub Sektor Perkebunan Meningkatkan Perekonomian Indonesia?

oleh Demitria Dewi

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu indikator yang digunakan untuk mengukur perkembangan kesejahteraan suatu negara, baik di negara maju maupun negara berkembang. Namun pengukuran ekonomi dengan cara mengukur GDP atau GNP suatu negara bukanlah satu-satunya cara untuk mengetahui kesejahteraan negara. Pada tahun 2005 GDP Indonesia adalah sebesar 1.249 US$.
Pada saat ini negara maju yang mempunyai pertumbuhan ekonomi tinggi adalah Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Inggris, Italia dan Canada, juga termasuk Spanyol, Austria dan Korea Selatan. Negara Indonesia termasuk negara berkembang yang harus mengejar ketinggalan terhadap negara maju, dengan menggunakan potensi yang dimiliki. Muncul pertanyaan apakah kita optimis dapat mengejar ketinggalan tersebut ? Menurut Harinowo, C (2006) dalam tulisannya yang berjudul “ Indonesia : Raksasa pada 2050 ”, menyatakan bahwa Indonesia yang saat ini merupakan negara berkembang optimis dapat mencapai pendapatan per kapita sebesar 23.097 US$ pada tahun 2050 dan diprediksi Indonesia akan berada pada peringkat keenam, sesudah Amerika Serikat, China, India, Jepang dan Brasil.
Meninjau tujuan dan laporan evaluasi Millenium Development Goals (MDGs) Indonesia tahun 2004, Indonesia mempunyai target menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah 1 US$ per hari menjadi setengahnya pada tahun 2015. Yang melatarbelakangi munculnya gagasan besar masyarakat dunia (MDGs) adalah :
1. Solidaritas internasional untuk pembangunan dan pengurangan kemiskinan di seluruh dunia.
2. Kepedulian bersama akan isue-isue perdamaian dan keagamaan, lingkungan hidup, hak azasi manusia (HAM), demokrasi, tata pemerintah yang baik, resolusi konflik, bencana alam (bencana lainnya).
3. Adanya suatu rentetan sejarah panjang konferensi dunia yang berusaha untuk mendorong pembangunan dunia dan manusia secara komprehensif.
Muncul pertanyaan mampukah Indonesia mencapai target optimis seperti yang dikemukakan Harinowo, C (2006) dan seperti yang tertuang dalam MDGs ? lebih lanjut dikatakan Harinowo, C (2006) bahwa banyak investor asing bermunculan di Indonesia, menanamkan modalnya dan berinvestasi di wilayah Asia Timur. Dalam hasil studinya, Hawksworth (2006) menyatakan bahwa perekonomian global akan diwarnai oleh kebangkitan raksasa-raksasa baru dari negara berkembang. Upaya dan strategi apa yang digunakan Indonesia untuk mencapai target tersebut ? Berbagai sektor di Indonesia yang memberikan kontribusi dalam pembangunan ekonomi.
Tujuan MDGs tahun 2004 ini merupakan tujuan universal, belum disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan masing-masing negara. Begitu juga kalau dilihat dari angka GDP per sektor di Indonesia sangat bervariasi besarnya, dari gambar berikut terlihat bahwa ada 3 (tiga) sektor yang nampak memiliki angka GDP yang menonjol yaitu sektor industri, sektor perdagangan dan sektor pertanian. Sektor pertanian sendiri terdiri dari beberapa sub sektor, diantaranya adalah sub sektor perkebunan.
Tiga sektor yang menonjol tersebut, akan memberikan hasil yang optimal apabila saling berkoordinasi antar sektor atau saling berkolaborasi. Sektor pertanian yang didukung sektor industri dan sektor perdagangan akan menunjukkan hasil yang positif. Sebagai contoh adalah sub sektor perkebunan komoditi unggulan yaitu kelapa sawit (atau komoditi yang lain seperti karet, kopi, kakao) akan berkembang dengan baik, apabila dikelola secara industri dan mempunyai nilai pemasaran yang baik. Agroindustri (kelapa sawit, karet, atau lainnya) ini memiliki potensi, prospek dan peluang yang besar yang dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara.
Pada pembangunan ekonomi jangka panjang, dengan didukung oleh sarana, prasarana dan infrastuktur yang tepat, maka pembangunan ekonomi dapat berjalan dengan sangat cepat dan tinggi. Komoditi perkebunan mempunyai potensi yang besar, seiring dengan banyaknya investasi asing dan domestik dari para pelaku bsinis ekonomi yang diarahkan kepada agroindustri komoditi perkebunan. Hal ini bila ditunjang dengan perbaikan kualitas sumberdaya manusia di bidang usaha perkebunan, maka agroindustri komoditi perkebunan akan mempunyai prospek yang besar.
Di sisi lain, apabila kita melihat pasar, permintaan (demand) dunia komoditi kelapa sawit dengan segala produk turunannya sangat tinggi, banyak lahan yang non produktif bisa dimanfaatkan menjadi kebun kelapa sawit yang produktif, tetapi harus diperhatikan juga faktor lingkungan dan sosial ketika melakukan pembangunan kebun kelapa sawit. Dengan demikian bila melihat prospek dan potensi yang tinggi pada industri kelapa sawit dan permintaan akan minyak kelapa sawit (CPO dan minyak inti sawit/PK) serta ketersediaan lahan untuk pembangunan kebun, maka sangat dimungkinkan kalau tujuan ” Indonesia menjadi raksasa pada tahun 2050 ” dapat terwujud, salah satu indikatornya telah disebutkan yaitu pendapatan per kapita masyarakat Indonesia meningkat dengan cepat, seperti dikatakan Harinowo, C (2006) yaitu sebesar 23.097 US$ pada tahun 2050.

Minggu, 23 Maret 2008

LAPISAN BUMI (Bumi bag 3)

oleh Gunawan Admiranto
LAPAN Bandung


Lapisan lapisan itu dimulai dari yang terdalam adalah :
1. Bagian Inti
Kerapatan rata-rata sebesar 5,52 g/cm3 menjadikan bumi sebagai planet yang paling mampat di seluruh tata surya. Karena kerapatan rata-rata bahan yang ada di permukaannya adalah 3,9 g/cm3, maka bisa disimpulkan bahwa inti bumi tersusun dari bahan-bahan yang lebih mampat daripada yang ada di permukaan bumi. Saat bumi baru saja terbentuk sekitar 4,5 milyar tahun yang lalu, melalui sebuah proses yang disebut diferensiasi, bahan-bahan yang lebih mampat bergerak menuju ke inti bumi. Berbagai unsur dan senyawa memiliki titik leleh dan kerapatan yang berbeda beda sehingga mereka memadat pada jarak yang berbeda¬ beda dari pusat bumi. Inilah yang menyebabkan bumi kita ini menjadi berlapis lapis. Di sini terbentuk inti bumi yang sebagian besar komponennya (80%) adalah besi bersama dengan nikel dan unsur-unsur lain yang lebih ringan. Inti ini pertama kali ditemukan oleh Inge Lehmann pada tahun 1936.
Pengukuran seismik menunjukkan bahwa inti itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu inti dalam yang padat dengan jari-jari sekitar 1220 km dan diselubungi dengan inti luar yang meluas sampai pada jarak sekitar 3480 km dari pusatnya. Ada yang berpendapat bahwa inti dalam membentuk sebuah kristal besi yang diselubungi oleh besi bercampur nikel dan sejumlah kecil usnur-unsur lain. Konveksi di inti luar ini bersama dengan pengadukan akibat rotasi bumi membangkitkan medan magnet melalui suatu proses yang dijelaskan dalam teori dinamo. Inti dalam bumi tidak bisa membentuk magnet permanen karena terlalu panas, tetapi berguna dalam menstabilkan medan magnet yang dibangkitkan oleh inti luar tersebut.
Semakin dekat jarak ke pusat bumi, suhu lapisan lapisan bumi semakin tinggi. Pada perbatasan selubung dan inti suhunya mencapai hampir 3000o C dan di pusatnya mencapai 5000o C. Panas yang tinggi ini berasal dari peluruhan unsur unsur radio aktif di mana mereka meluruh sambil melepaskan energi. Proses ini berlangsung sejak saat bumi baru terbentuk. Karena ada cukup banyak unsur unsur radio aktif ini, maka panas yang timbul juga semakin banyak sehingga besi meleleh dan bergerak ke inti bumi. Inilah yang menyebabkan inti dalam menjadi padat, inti luar cair, dan mantel/selubung bersifat plastis. Di permukaan bumi senyawa besi-nikel dan silikat cukup dingin sehingga mereka berada dalam keadaan padat. Di selubung atas silikat berada dalam keadaan padat karena selubung atas ini relatif panas dan tekanan yang dialaminya tidak terlalu tinggi dan viskositasnya cukup rendah. Akan tetapi, selubung bawah mendapatkan tekanan yang tinggi sehingga viskositasnya menjadi tinggi. Inti luar bersifat cair karena walaupun ia mengalami tekanan yang sangat tinggi, titik leburnya lebih rendah daripada titik lebur selubung silikat yang terdapat di atasnya. Inti dalam berada dalam keadaan padat karena tekanan sangat besar yang dialaminya.
Penelitian mutakhir menyarankan bahwa inti dalam bumi berotasi dengan laju sedikit lebih cepat dibandingkan dengan bagian planet lainnya. Pada tahun 2005 sekelompok ahli geofisika menyatakan dalam sebuah jurnal bahwa inti dalam bumi berotasi dengan laju 0,3 - 0,5 derajat relatif terhadap rotasi yang dilakukan permukaan bumi.

2. Lapisan selubung/mantel padat
Komposisi lapisan ini sebagian besar adalah silikat besi dan magnesium. Lapisan ini memiliki kerapatan sekitar 3 6 gr/cm3 dan berada sampai pada kedalaman 2900 km. Tekanan yang terdapat di bagian bawah mantel mencapai 1,4 juta atmosfer. Meskipun daerah ini merupakan benda padat, tingginya temperatur di tempat itu membuat bahan-bahan silikat bisa mengalami konveksi dalam kurun waktu yang amat panjang, dan gejala ini muncul dalam pergerakan lempeng tektonik.
Karena titik lebur dan viskositas suatu zat bergantung pada tekanan yang dialaminya dan karena semakin besar temperatur dan tekanan yang ditemui bilamana kita bergerak semakin dalam di mantel ini, maka bagian atas dari selubung ini akan lebih mudah mengalir dibandingkan dengan bagian atasnya, sehingga selubung ini akan mengalir dengan sangat lambat.

3. Lapisan kerak bumi
Lapisan ini memiliki tebal rata-rata 35 km dan bervariasi dari 5 sampai 70 km dengan kerapatan 3,3 gr/cm3. Bagian yang tipis merupakan kerak samudra yang tersusun dari batuan silikat besi magnesium dan menjadi dasar daerah-daerah samudera. Kerak yang lebih tebal merupakan kerak benua yang kerapatannya lebih rendah daripada kerak samudera dan tersusun dari batuan silikat natrium kalium aluminium. Perbatasan antara kerak dengan lapisan di bawahnya (lapisan mantel/selubung) ditandai dengan adanya perubahan drastis (diskontinuitas) kecepatan seismik yang dinamakan diskontinuitas Mohorovičić. Sampai kedalaman 100 km, lapisan kerak bumi dan lapisan di bawahnya yang merupakan bagian teratas dari selubung dinamakan lapisan litosfer. Di bawah litosfer terdapat lapisan astenosfer yang merupakan bagian selubung lebih dalam yang lebih kenyal, dan bersifat seperti cairan yang sangat panas dan kental.
Lapisan litosfer ini sebenarnya mengambang di atas astenosfer dan terbagi-bagi menjadi beberapa lempeng tektonik. Lempeng-lempeng ini bergerak satu sama lain dan menghasilkan berbagai kegiatan seperti gempa bumi, aktivitas vulkanis, pembentukan gunung, dan palung samudera. Pembagian menjadi litosfer dan astenosfer ini didasarkan atas perbedaan fisik yang mereka miliki. Litosfer bersifat lebih dingin dan lebih bersifat seperti benda tegar, sedangkan astenosfer lebih panas dan lebih lentur.
Gagasan bahwa benua benua ini mengambang pertama kali diusulkan oleh Alfred Wegener (1880 1930) pada tahun 1915 dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans. Ia berpendapat demikian karena ketika ia memperhatikan benua benua Amerika Selatan dan Afrika, tampak bahwa bila kedua benua itu disatukan akan cocok seperti pada permainan "jigsaw puzzle". Walaupun ia bukanlah orang pertama yang mengemukakan gagasan ini (Francis Bacon, Benjamin Franklin, dan Snider-Pellegrini sudah mengatakannya), ia menggunakan data fosil, paleoklimat, dan paleomagnetisme Afrika bagian selatan dan Brazil untuk mendukung teorinya. Pada beberapa mineral tertentu, orientasi molekul molekulnya terhadap medan magnet bumi bisa diamati. Para ahli sudah mengamati bahwa kedudukan kutub kutub magnet bumi selalu berubah dan perubahan ini terekam pada mineral-¬mineral ini. Dengan mengamati mineral ¬mineral yang berada di Afrika bagian selatan dan di pantai timur Brazil didapat bahwa orientasi magnet mineral min¬eral yang ada di kedua daerah ini menunjukkan kecenderungan yang sama. Ia berpikiran kalau kedua benua ini mungkin dulu pernah bersatu. Ia menyatakan bahwa semua benua bergerak relatif satu sama lain dengan kecepatan beberapa sentimeter per tahun.
Pada awalnya gagasan Wegener ini tidak diterima masyarakat ilmiah pada waktu itu, tetapi dengan semakin banyaknya bukti yang terkumpul, akhirnya teori ini yang dikenal dengan nama teori tektonik lempeng menjadi satu satunya teori pergerakan benua yang paling memuaskan.

(bersambung)

Rabu, 12 Maret 2008

BAGAIMANA PERSPEKTIF LANSIA MEMANDANG DIRINYA?

Oleh : Suryo Prabowo

Obrolan nenek dengan cucu mantu (CM) ......

Nenek : ”njenengan sinten?”
CM :”kulo cucu mantu”
Nenek : ”lo kulo niki prawan, dereng duwe bojo, je”
CM :”lo, simbah niki pripun, njenengan sak niki lenggah nggene sinten?”
Nenek : ”mboten ngerti, la niki tiyange sing gadah griyo kengken kulo teng mriki mawon”
CM :”lo, sing gadah griyo niki putrane simbah”
Nenek : ”wah, njenengan niku rak priyayi sekolahan to”
CM :”inggih mbah, wonten nopo?”
Nenek : ”priyayi sekolah kok ngeyel”
CM :”wah...????? ???????”
Itu sekelumit obrolan nenek mertua dengan saya, sebagai cucu mantunya 8 tahun yang lalu. Beliau telah meninggal dunia satu tahun yang lalu di usianya yang ke 99 tahun, tidak karena sakit, tetapi hanya tidak mau makan selama tiga hari, mungkin nenek sudah tahu saatnya di dunia akan usai.
Beliau secara fisik sehat, tidak pernah ke dokter, tidak pernah ada keluhan, bisa jalan sendiri, bahkan pernah mertuaku harus mencari kemana mana, karena sang bundanya hilang....Untung belum pergi keluar kota, karena nenek masih mampu untuk pergi naik bis.
Namun yang tidak sehat mungkin daya ingatnya, yang dia ingat hanya bahass Jawa dan tanah kelahirannya, dan itu adalah sisa-sisa memori yang masih ada...
Kemana arah ceritaku ini?
Saya ingin membuka perspetif lain dari ilmu pengalaman hidup
Bahasan saya pada perspektif lansia memandang dirinya sendiri
Bukan pandangan kita terhadap lansia...karena sebagian besar lansia (kalo tidak bisa dibilang seluruh lansia) adalah mahluk yang pada gilirannya akan mengalami proses degeneratif, sampai ”lupa” atau ”tidak ingat”; bahkan pada anak sendiri ....lalu kebahagiaan apa yang masih tersisa dengan memori yang ada?
Saya kira perspektif inilah yang perlu diperjelas. Kita ingin para lansia (mungkin bapak ibu kita, nenek kita, atau kita sendiri nantinya...) hidup bahagia di masa tuanya. Kebahagiaan lansia yang masih tersisa menurut perspektiku (dalam dimensi tiga) tergantung pada memori sebagai faktor eksternal penentu kebahagiaan.
Hal ini sangat dipengaruhi oleh paham kehidupan, bahwa kebahagiaan adalah rasa yang ada dalam dimensi tiga, dimensi yang dibatasi ruang dan waktu...misal kita bahagia bila lulus sekolah...saat lulus jadi doktor...sukses menjadi kaya...cinta yang tidak bertepuk sebelah tangan...masih banyak sekali contoh, artinya bahwa apabila faktor luar yang kita inginkan, bisa terwujud, maka kita akan merasa bahagia.
Nah kebahagiaan seperti inilah yang biasa kita pahami, sehingga cara pandang kitapun dalam memahami lansia juga seperti itu. Kita pikir dengan memberi materi, memberi perhatian, memberi jawaban yang menyenangkan terhadap keinginan para lansia dapat membahagiakan kaum lansia…kebahagiaan seperti ini akan runtuh pada saat keinginan ataupun memori kebahagiaan lansia hilang seiring dengan kemunduran memorinya...
Saya mau menawarkan jenis perspektif kita yang lain thd kebahagiaan yaitu kebahagiaan yang tidak dipengaruhi dimensi ruang dan waktu (bukan klenik), kusebut sebagai model kebahagiaan dimensi empat...artinya otak sebagai penanggung jawab memori tidak berpengaruh paling vital sebagai penentu kebahagiaan, ada dimensi roh yang lebih tinggi...Kebahagiaan yang dilandasi nilai kasih sayang tidak akan terpengaruh kondisi luar. Misal kita tidak lagi marah bila anak kita bodoh, kita tidak lagi marah bila anak kita tidak naik kelas atau kita tidak terlalu sedih ketika seluruh usaha kita hancur....
”Ketidak bahagiaan ” dalam dimensi empat dapat didefinisikan sebagai rasa dalam dimensi tiga akibat ketidak mampuan kita dalam menerima keadaan yang tidak menyenangkan secara fisik. Ada persoalan mendasar kebahagiaan dimensi tiga dengan dimensi empat. Dalam dimensi tiga, kebahagiaan sangat dominan ditentukan oleh faktor luar, sedang dalam dimensi empat, kebahagian ditentukan oleh faktor internal, yaitu rasa kita sendiri (roh kita) dalam memandang kehidupan.
Ceritaku tentang obrolan saya dengan nenek mertua sebagai gambaran bagaimana kita mau mengasihi para lansia (terutama bapak ibu/ mertua kita/ nenek kita). Dengan mengerti arti kebahagiaan yang lebih berarti bagi para lansia, maka kita akan dengan tepat mempersembahkan cinta kasih kita kepada lansia secara nyata. Dan hasilnya kebahagiaan bersama antara lansia dengan kita... Kita akan mecintai para lansia kita dng kebahagiaan
meskipun lelah, kehilangan banyak hal dan ”sacrifice” ....kita tetap bahagia dengan keadaan apapun....***suryo

Selasa, 04 Maret 2008

Emosiku Bagaikan Kuda Tunggangku........

oleh
Demitria Dewi

Dalam kehidupan, silih berganti kita merasakan suasana marah-sedih, suka-duka. Apabila sedang dalam ”suka” seakan waktu sangat cepat berlalu, tetapi ketika ”duka” sedang mendera kita, seakan lama sekali tidak cepat-cepat meninggalkan kita. Itulah yang kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika barang kesayangan kita hilang tanpa tahu dimana hilangnya, ketika baju kita rusak tatkala diseterika oleh pembantu, ketika mobil kita diserempet mobil lain di jalan, ketika baju kita ketumpahan makanan di restoran, masih banyak sekali peristiwa yang merangsang emosi kita ke dalam suasana marah-sedih atau suka atau duka. Kalau kita menjumpai peristiwa apapun, maka tergantung bagaimana kita menyikapinya...apapun bisa kita lakukan untuk merespon hal-hal yang menimpa diri kita.

Emosi kita terangsang untuk melakukan sesuatu, kalau tindakan kita berdampak positif atau membuat senang orang lain, itu tidak akan menimbulkan masalah, tetapi bagaimana kalau tindakan kita merugikan orang lain, membuat orang di sekitar kita celaka, ini baru masalah. Misalkan kita menampar pengendara mobil yang menyerempet mobil kita, suasana sekitar kita jadi tegang dan akibatnya dapat merugikan orang lain dan kita sendiri.

Definisi emosi, menurut Atwater dan Duffy (1999) di dalam bukunya yang berjudul Psychology for Living adalah perubahan kompleks yang menyangkut dorongan fisik dan interpretasi kognitif terhadap suatu situasi. Sebagai contoh, mengapa tiba-tiba seseorang sakit perut ketika menghadapi ujian? Pikiran cemas karena kurang siap menghadapi ujian menyebabkan fisik terserang (sakit perut) dan berakibat performance seseorang akan menurun. Tetapi di sisi lain pikiran cemas ini bisa kita jadikan suatu signal ”mengapa cemas”, hal ini bisa kita gunakan untuk intropeksi diri, harus bagaimana tatkala kita cemas. Atwater mengatakan ada 6 (enam) ekspresi emosi kita yaitu cemas, marah, cemburu, bahagia, takut dan jijik. Bagaimana kita menyesuaikan diri terhadap situasi yang ada?

Secara psikologis kita dapat ”merasakan” dan kita dapat ”mengekspresikan”, yang harus kita lakukan adalah kita harus dapat mengontrol keduanya secara seimbang, kapan kita ekspresikan dan kapan kita rasakan (pendam) saja. Dalam menghadapi situasi kita bisa mengekspresikan secara spontan tetapi kita juga bisa mengatur pikiran kita untuk tidak mengekspresikan saat itu. Orang yang ”emosional” negatif, kadang-kadang dapat merusak diri sendiri.

Disini emosi saya ibaratkan seperti ”kuda tunggang” yang bisa membawa kita kemana akan pergi. Kita memang harus memiliki kendaraan seperti kuda tunggang untuk mengantar ke tempat yang akan kita tuju. Agar perjalanan kita lancar sampai tempat tujuan, maka kita harus memilih kendaraan yang baik, kita harus memilih kuda tunggang yang baik dan penurut. Untuk membuat kuda kita tetap menjadi kuda tunggang penurut, maka kita harus memeliharanya dengan baik, kuda tunggang alias kendaraaan harus tetap menurut kepada kita, jangan sampai kita diatur olah kendaraan kita, jangan sampai kita dibuat susah oleh kuda tunggang kita.

Kita sangat memerlukan kuda tersebut untuk mengantar kita ke tempat tujuan, maka kuda tunggang milik kita harus bisa kita kendalikan, kita rawat dengan baik, kita atur sedemikian rupa, sehingga perjalanan menjadi lancar. Kita bisa mengatur dan mengendalikan kuda untuk berjalan pelan, agak cepat, cepat bahkan cepat sekali, itu tergantung kita. Namun apa yang terjadi kalau kita tidak bisa mengatur kuda, kuda akan berjalan semau sendiri tanpa kendali kita, bahkan akan lari tanpa arah tanpa kita suruh, dan bisa berakibat fatal apabila kuda meloncat-loncat dengan brutal yang menyebabkan penunggangnya jatuh dan terinjak-injak oleh kuda tunggang tersebut. ”Kuda tunggang adalah emosiku.......”

Kalau kuda tunggangku adalah emosiku, maka kita harus tahu dan sadar : harus bagaimana kita bersikap bila ada yang merangsang emosi kita? Jangan sampai kita diinjak-injak olah kuda tunggang alias emosi kita...kalau kita menjumpai orang yang menyinggung perasaan kita...bahkan sangat menjengkelkan, itu semua tergantung bagaimana sikap kita. Kita terangsang untuk melakukan sesuatu, membalasnya?...ingat kuda tunggang alias emosi harus bisa kita atur dan kendalikan. Kita bisa saja memukul orang yang menjengkelkan itu, marah-marah, memakinya, menendang, tetapi kita juga bisa mengajaknya untuk berdialog dengan sopan, dengan kata-kata yang lebih halus, dengan senyum..bahkan bisa saja kita mengajaknya berdamai dan memaafkan. Apapun yang kita lakukan itu semua tergantung kita....bagaimana kita mengendalikan kuda tunggang kita.

Ada dua hal yang berbeda bahkan bertentangan, yang bisa kita lakukan apabila ada yang merangsang emosi kita, bisa tindakan positif dan bisa tindakan negatif, itu semua tergantung dari penunggang kuda yaitu kita sendiri, bagaimana kita menyikapi terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Sekali lagi kita harus bertanggung jawab terhadap sikap kita terhadap orang lain, maka kita harus pandai mengendalikan emosi dengan mengatur perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari.

Dampak dari perilaku positif tentu saja akan berbeda dengan perilaku negatif...sebagai contoh kejadian di atas, ketika mobil kita bersenggolan dengan mobil lain di jalanan. Apa yang terjadi apabila kita termakan oleh emosi kita (kita diinjak-injak oleh kuda tunggang kita sendiri)? Kita jengkel, marah sampai berkelahi dengan pengendara mobil lain, akibatnya jalanan macet, kita terlambat sampai tujuan, baju kita kotor, bahkan bisa saja kita terluka, perlu waktu ke tempat pengobatan, mengeluarkan biaya yang mungkin tidak sedikit dan masih menyimpan rasa dendam. Tetapi coba kita bayangkan apabila kita turun dari mobil, lalu mendekati pengendara mobil dengan (agak) ramah, menyapanya dan mengajak dialog, bicara baik-baik, berdamai...tentu akan berbeda suasananya, kita lebih tenang, tidak bersitegang, tidak menyimpan rasa dendam yang menyakitkan..itu karena kita tidak terpancing oleh emosi kita.

Emosiku adalah kuda tunggangku? Ya....maka saya akan merawatnya, saya akan mengendalikannya, saya akan mengaturnya..agar kuda tunggangku dapat mengantar ke tempat tujuan dengan lancar dan selamat. Saya akan berusaha mengajak kuda tunggangku melangkah pelan ketika saya harus pelan...agak cepat ketika harus cepat...yang penting adalah ”terkendali”. Emosi harus bisa dikendalikan oleh pikiran, hidup sepenuhnya bukan hasil dari situasi lingkungan sekitar kita, tetapi adalah hasil dari pikiran terhadap realita sekitar kita, segala emosi dan tindakan diatur oleh pikiran kita.*****demitri

Senin, 03 Maret 2008

Bumi Sebagai Planet (Bumi-bag 2)

oleh
GUNAWAN ADMIRANTO
Lapan Bandung



Bumi mengorbit matahari dalam lintasan elips dengan jarak rata rata dari matahari sebesar 149.500.000 km. Karena lintasan elips ini, maka jarak matahari dan bumi selalu berubah. Perbe¬daan jarak bumi di titik perihelion (titik terdekat) dengan di titik aphelion (titik terjauh) adalah 5 juta km (3,3%).
Ekuator bumi tidak sebidang dengan bidang orbit bumi, tetapi miring sebesar 23o27'. Kemiringan ini, yang menyebabkan terjadinya 4 musim di tempat tempat yang jauh letaknya dari ekuator, diduga berasal dari tumbukan tumbukan meteorit yang jatuh waktu bumi baru terbentuk.
Waktu berotasi kedudukan sumbu bumi tidak tetap, keadaannya seperti gasing yang sedang berputar tetapi hampir jatuh. Gerakan gasing yang seperti ini dinamakan presesi yang dilakukan gasing untuk mengimbangi gaya gravitasi yang cenderung menjatuhkannya. Sumbu bumi yang mengalami presesi bergerak membentuk lintasan kerucut yang memiliki sudut puncak 23o27' dengan perioda rotasi sebesar 25800 tahun. Presesi ini diakibatkan oleh keadaan bumi yang bukan bola sempurna, memiliki sumbu rotasi yang miring terhadap bidang orbitnya, dan menerima gaya tarik gravitasi bulan dan matahari. Akibatnya jumlah gaya gaya ini menimbulkan suatu momen gaya yang cenderung menjatuhkan bumi ke bidang ekliptika (bidang orbit bumi), dan bumi melawan gaya ini dengan melakukan presesi.
Dalam melakukan presesi sumbu bumi tidak bergerak dalam lintasan lurus, tetapi bergelombang. Di sini sumbu bumi tampak seperti mengangguk angguk, dan gerakan ini dinamakan nutasi. Nutasi adalah akibat lain dari gaya tarik gravitasi bulan dan matahari terhadap bumi.
Bumi kita tidak berupa bola sempurna, melainkan agak pepat di kutub kutubnya. Jari jari di kutub bumi adalah 6356,8 km, sedang jari jarinya di ekuator adalah 6378,2 km. Pepatnya bola bumi ini disebabkan pada saat bumi baru terbentuk bumi belum terlalu padat, dan rotasinya membuatnya menggembung pada bagian yang tegak lurus sumbu rotasinya (bagian ekuatornya).

Bagian-bagian Bumi
Bumi merupakan planet terrestrial (planet kebumian) yang paling besar ukurannya. Seperti planet Merkurius dan Venus, komposisi bumi sebagian besar terdiri dari batuan silikat dan magnesium dengan kerapatan rata rata sekitar 5,52 gr/cm3, sedang kerapatan di permukaannya adalah 3,9 gr/cm3.
Pengamatan seismologi (hantaran pada gelombang gempa bumi) memberikan gambaran kepada para ahli geologi bagaimana susunan bagian dalam bumi. Hal ini karena arah, kecepatan dan bentuk gelombang gempa ditentukan oleh komposisi dan kerapatan bagian dalam bumi.
Seperti pada planet-planet kebumian lainnya, bumi terbagi-bagi menjadi beberapa lapisan. Lapisan terluar adalah kerak silikat yang padat, di bawahnya mantel yang kenyal dan nyaris cair, inti luar yang lebih cair lagi, dan bagian inti yang padat. Kebanyakan batuan yang menyusun kerak bumi ini terbentuk dalam kurun kurang dari seratus juta tahun yang lalu, sedangkan mineral tertua memiliki umur sekitar 4,4 milyar tahun.

(bersambung..)

Minggu, 02 Maret 2008

Kapan bayi boleh makan telur?

oleh
Dr. Endang Tatar, MPH, SpA(K)
Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik
Departemen Anak, RSUD Dr Moewardi-FKUNS Surakarta

Saat si kecil sudah mendapatkan makanan padat, banyak ibu yang ingin langsung memberikan telur karena konon telur merupakan sumber protein yang baik untuk tubuh. Praktek pemberian telur secara dini kepada bayi sampai saat ini masih banyak dilakukan oleh ibu-ibu. Tetapi, akhir-akhir ini makin marak dikabarkan bahwa telur merupakan salah satu makanan pencetus alergi sehingga pemberiannya kepada sikecil perlu ditunda sampai saluran cerna dan sistem kekebalan tubuh siap menerimanya.

Telur
Merupakan sumber protein yang baik. Protein telur mempunyai nilai bioavaibilitas yang tinggi yaitu 100%, yang artinya bahwa seluruh protein telur dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Selain mengandung protein, telur juga mengandung vitamin B2, vitamin A dan zat besi serta kandungan zat gizi lainnya. Kuning telur mengandung kolesterol yang dibutuhkan untuk membantu perkembangan sistim syaraf termasuk perkembangan mental. Bayi dan anak-anak sangat membutuhkan kolesterol untuk perkembangan otaknya. Sedangkan putih telur mengandung protein yang sulit dicerna.

Alergi telur
Alergi makanan adalah reaksi tubuh ketika sistim kekebalan tubuh secara tidak benar merespons makanan yang dimakan oleh si kecil. Pada saat usaha melindungi tubuh, sistem kekebalan menghasilkan antibodi terhadap makanan tersebut (karena makanan dianggap benda asing oleh tubuh). Antibodi tersebut kemudian mengakibatkan sel alregi pada tubuh (mast cells) mengeluarkan bahan kimia, misalnya histamin yang masuk ke dalam darah. Histamin kemudian beraksi pada organ-organ tubuh misalnya mata, hidung, tenggorok, paru, kulit, saluran pencernaan sehingga menimbulkan gejala alergi. Protein telur merupakan salah satu makanan yang sering diangap asing oleh tubuh sehingga dikenal sebagai salah satu penyebab alergi.
Alergi telur umumnya dimulai sejak bayi masih muda. Sistim pencernaan bayi yang masih muda belum sempurna. Tetapi pada beberapa anak, alergi dapat berkembang sampai anak berumur 5 tahun. Sebagian besar anak-anak yang alergi terhadap telur mengalami alergi terhadap putih telurnya saja, tetapi ada beberapa anak juga tidak dapat mentoleransi kuning telur.

Kapan si kecil dapat mengkonsumsi telur?
Bila si kecil mempunyai riwayat alergi pada keluarganya, maka pemberian telur sebaiknya ditunda sampai anak berumur 2 tahun. Riwayat alergi pada keluarga dapat berasal dari keluarga ibu maupun dari keluarga ayah si kecil. Tetapi, bila keluarga diyakini tidak mempunyai riwayat alergi maka pemberian telur dapat dimulai pada saat si kecil diperbolehkan mendapat makanan pendamping yaitu pada saat ia berumur 6 bulan. Tetapi, bagaimanapun juga pengenalan makanan padat pertama pada bayi sebaiknya dimulai dengan sereal yang berasal dari bahan dasar beras. Pemberian telur bisa dimulai dari pemberian kuning telurnya dahulu oleh karena kuning telur mudah dicerna. Putih telur mengandung protein yang sulit dicerna, sehingga pemberiannya sebaiknya ditunda sampai bayi berumur 1 tahun.